Jumat, 20 Februari 2015

Camp Vietnam (Tak) Mencekam

Ada yang pernah jalan-jalan ke Batam? Well, kamu belum dianggap sah berkunjung ke kota tersebut kalau belum mengunjungi Jembatan Fisabilillah atau yang biasa dikenal sebagai Jembatan Barelang ini:



Yap, sesuai namanya, Barelang (Batam-Rempang-Galang) menghubungkan beberapa pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Tepatnya, ada tujuh pulau. Yakni, tiga pulau besar seperti namanya, ditambah dengan pulau Tonton, Nipah, Sekikir, dan Galang Baru. Katanya sih, dulu jembatan yang didirikan oleh Pak Habibie ini bertujuan untuk menyaingi Singapura yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Batam. Sebab, dengan menyatukan sejumlah pulau, setidaknya ukuran Batam akan lebih besar dibanding si negara tetangga. Lalu, berhasilkah niatan suci Pak Habibie itu? Well, kamu jawab sendiri aja ya, terutama bagi kamu yang mungkin mengenal Batam hanya sekadar sebagai kota black market. Haha.


Nah, keistimewaan Barelang bukan hanya dari panjang jembatannya. Di Barelang juga banyak banget pantai yang kece dan rumah makan seafood yang maknyus loh! Tapi, kali ini, kami nggak akan membahas dua hal itu. Kami akan mengajak kalian untuk mengeksplor sisi lain Barelang yang sering dianggap SERAM!


Yaitu...



Camp Vietnam alias Lokasi Bekas Pengungsian Warga Vietnam saat perang di tahun 1979.


Well. Mengunjungi tempat "spesial" tentu butuh effort lebih dong. Dari jembatan satu, kami harus berkendara kurang lebih sejauh 60 km atau hampir satu jam untuk menuju Camp Vietnam. Tapi, tenaaaang! Jalan menuju Camp Vietnam mulus banget kok. Pokoknya, kudu sabar aja nyetirnya.


Jalannya lurus teruuuuuus..... teruuuuussss....


Teruuuuussss......



Teruuuuuusss.....


Teru...ssss.....


Lurus terus deh pokoknya. Baru diijinkan untuk belok kiri kalau udah menemukan tanda ini:


Setelah belok kiri, lurus dikit, belok kanan dikit, sampai akhirnya disambut oleh gerbang masuk ini:



Di gerbang ini, jangan kaget ya kalau ada bapak paruh baya menagih uang. Tenang, ini bukan begal! Sang bapak hanya akan menagih uang tiket masuk seharga Rp 10.000/orang.

Dari gerbang tersebut, pengunjung bebas kemana aja sesuka hati. Kami pun memilih lurus saja mengikuti jalan. Dan disitulah keseraman pertama itu muncul...

Keseraman yang membuat kami nggak berani turun dari mobil...

Yaitu...



Yap. Keseraman itu datangnya bukan akibat penampakan makhluk halus seperti yang dirumorkan banyak orang. Justru, "makhluk-makhluk kasar" ini yang bikin kami jadi bergidik sendiri. Haha. Bukan apa-apa, kalau salah-salah nyetir, bisa jadi monyet-monyet ini akan tinggal nama. Apalagi, entah kenapa, mereka justru gemar mendekat ketika ada kendaraan lewat. So, WASPADALAH! WASPADALAH! Kecelakaan terjadi bukan hanya karena tidak fokus pada jalanan, tapi juga bisa disebabkan oleh Macaca fascicularis yang berkeliaran.

Tapi, meski sedikit bergidik ngeri, kami tak membiarkan makhluk-makhluk Tuhan yang satu itu membuat kami tak menikmati perjalanan. Sambil menyetir dengan perlahan, kami telusuri terus jalanan aspal mulus di Camp Vietnam.

Yang menarik, ketika sebagian besar bangunan disana sudah roboh berantakan, rumah-rumah ibadahnya justru masih berdiri kokoh. Di antaranya:

Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem

Pagoda Chua Kim Quang

Di salah satu persimpangan, kami juga menemukan ini:

Tempat ritual pengungsi beragama Buddha

Nah, kalau rumah-rumah ibadah tujuannya untuk menjaga hubungan antara manusia dan Tuhan. Di Camp Vietnam, juga ada penjara yang berfungsi untuk menjaga hubungan antar manusia. Jadi, para pengungsi yang "nakal" dalam artian mencuri atau memperkosa pengungsi lain akan dijebloskan disini:



Penjara biasa aja udah terkesan seram kan ya, apalagi penjara bekas pengungsi berpuluh-puluh tahun lalu. But see, di balik stereotype kemistisannya, di sana kami justru menemukan keunyuan overload semacam ini:


Well, kalau kucing-kucing seunyu ini aja bisa tertidur lelap di penjara Vietnam ini, kayaknya kita nggak perlu lagi deh mencari-cari alasan untuk mengatakan Camp Vietnam seram. Ya, kan?

Dari penjara, kami lalu menelusuri Camp Vietnam lebih dalam lagi dan menemukan "tempat nongkrong"nya anak muda Vietnam di masa lalu:


Juga beberapa bangkai kapal ini:



Konon, kapal-kapal ini sengaja dibakar dan ditenggelamkan oleh para pengungsi sebagai bentuk protes ke Pemerintah Indonesia. Yap, mereka udah terlalu betah tinggal di Batam, sampai-sampai nggak mau pulang ke kampung halaman. Wow! Orang asing aja nyaman banget loh menghuni negeri ini, lalu kenapa kita lantas berlomba-lomba untuk tinggal di luar negeri? Haha.

See? Banyak banget kan spot menarik di Camp Vietnam yang bisa kita eksplor. Menarik, tanpa bikin bergidik! *kecuali soal monyet-monyet yang berkeliaran tadi sih hehe*. Bahkan, masih banyak lagi loh spot menarik lainnya yang nggak bisa kami bahas satu-satu di blog ini. Bukan apa-apa, kami cuma kepingin kamu-kamu langsung mengunjungi Camp Vietnam dan menikmati langsung sensasinya.

Last but not least, bisa dibilang kalau Camp Vietnam adalah saksi bisu sisi kemanusiaan pemerintah kita. Ketika warga Vietnam tak lagi nyaman di negerinya sendiri, Indonesia dengan tangan terbuka menerima dan membantu mereka. Semoga saja sisi kemanusiaan itu terus dapat terjaga ya di tengah kusut-masainya perpolitikan negeri ini.

Dan semoga saja, Camp Vietnam yang juga kaya akan sejarah ini dapat terus dilestarikan dan dikunjungi. Sebab, seperti kata seorang pujangga, sebuah kota tanpa sejarah adalah kota yang tak memiliki masa lalu. 

Dan mana mungkin kan masa depan ada bila masa lalu tiada?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar